This is a free and fully standards compliant Blogger template created by Templates Block. You can use it for your personal and commercial projects without any restrictions. The only stipulation to the use of this free template is that the links appearing in the footer remain intact. Beyond that, simply enjoy and have fun with it!

Sunday, June 21, 2009

Penelitian Karya Ilmiah

METODE PEMBELAJARAN MENULIS

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan pengajaran menulis pada dasarnya ialah memberi bekal pengetahuan dan kemampuan kepada siswa untuk menguasai teknik-teknik menulis dengan baik dan benar. Salah satu bidang garapan pengajaran Bahasa di Sekolah Dasar yang memegang peranan penting ialah menulis. Tanpa memiliki kemapuan menulis yang memadai sejak dini, anak-anak akan mengalami kesulitan belajar di kemudian hari. Kemampuan dasar menulis menjadi dasar utama tidak saja bagi pengajar Bahasa sendiri, tetapi juga bagi pengajar mata pelajaran lain. Dengan menunulis, siswa akan memperoleh pengetahuan yang sangat bagi pertumbuhan dan perkembangan daya nalar, sosial dan emosional, mengingat pentingnya peranan menulis tersebut bagi perkembangan siswa

Dengan demikian peran guru sangat besar dalam menunjabg keberhasilan pengajaran menulis di Sekolah Dasar. Jadi tujuan yang hendak dicapai melalui petunjuk teknis pengajaran menulis di Sekolah Dasar ialah agar mampu menciptakan situasi belajar mengajar yang benar – benar mengarah pada peningkatan kemampuan dan keterampilan siswa dalam menulis.

Dalam pengajaran menulis, kita mengenal bermacam-macam metode antara abjad / metode bunyi, suku kata, kata lembaga, metode global dan metode Struktur Analisis Sintektis (SAS) metode maupun sebenarnya baik, karena sama-sama tergantung kepada faktor guru yang menerapkan. Metode yang baik dilaksanakan oleh guru yang tidak mampu, hasilnya tidak sesuai dengan harapan. Sebaliknya metode apa pun jika dilaksanakan oleh guru yang baik, hasilnya tidak akan mengecewakan. Dengan demikian peranan guru sangat besar dalam menjunjaung keberhasilan pengajaran menulis di Sekolah Dasar. Sejalan dengan hal-hal tersebut, maka pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam Rakernas tahun 1987 menetapkan kebijakan antara lain menyempurnakan Sekolah Dasar sebagai tempat untuk mengajukan kemampuan dasar pada siswa yaitu tulis. Sebagai tindak lanjut dari kebijakan tersebut, telah dikeluarkan pula surat edaran Dirjen Dikdasmen Nomor 1172/c/87 tanggal 23 November 1987 tentang pedoman pelaksanaan penguasaan kemampuan menulis di Sekolah Dasar. Untuk mewujudkan kebijaksanaan tersebut ditempuh serangkaian kegiatan antara lain penyusunan buku petunjuk operasional bagi para pengajar menulis.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahannya :

Bagaimana strategi pembelajar menulis di kelas rendah agar siswa dapat menulis dengan baik?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk meningkatkan pembelajaran menulis di kelas rendah agar siswa dapat menulis dengan baik.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

a. Dapat memberikan gambaran betapa pentingnya peran guru dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan cara menulis di kelas rendah.

b. Dapat untuk bahan referensi dan pengembangan Ilmu Pengetahuan khususnya Ilmu Pendidikan cara menulis di kelas rendah.

2. Manfaat Praktis

a. Dapat digunakan bagi guru sebagai bahan masukan untutk membina dan membimbing siswa dalam belajar.

b. Membantu guru dalam menyususn dan menyiapkan bahan pengajaran menulis.

c. Mengenalkan kepada masyarakat bagaimana menulis dengan cara yang benar

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Menulis

Menurut Tarigan (Hasani, 2005:1) menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan grafik tersebut. Rusyana (Hasani, 2005:1) menyatakan bahwa wujud.

Pengutaran sesuatu secara tersusun dengan mempergunakan bahasa disebut karangan.

Menurut Syamsudin (Hasani, 2005:1) Menulis adalah aktivitas seseorang dalam menuangkan ide-ide, pikiran, dan perasaan secara logis dan sistematis dalam bentuk tertulis sehingga pesan tersebut dapat dipahami oleh para pembaca.

Menurut Hasani (2005:2) menulis merupakan keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Menulis merupakan kegiatan yang produktifdan ekspresif, sehingga penulis harus mampu memanfaatkan kemampuan dalam menggunakan tata tulis, struktur bahasa, dan kosakata.

Dengan kata lain dapat disimpulkan menulis adalah keterampilan berbahasa yang tertuang dari ide-ide yang dapat melukiskan lambing-lambang grafik yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung.

B. Ruang Lingkup Pembelajaran Menulis di Sekolah Dasar

Agar tujuan menulis dapat tercapai dengan baik, maka diperlukan latihan yang memadai dan secara terus-menerus. Selain itu, anak pun harus dibekali dengan pengetahuan dan pengalaman yang akan ditulisnya, karena pada hakikatnya menulis adalah menuangkan sesuatu yang telah ada dalam pikirannya. Namun demikian, hal yang tidak dapat diabaikan dalam pengajaran mengarang di Sekolah Dasar adalah siswa harus mempunyai modal pengetahuan yang cukup tentang ejaan, kosakata, dan pengetahuan tentang mengarang itu sendiri.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran menulis seperti yang diungkapkan di muka, pembelajaran menulis di Sekolah Dasar harus dimulai dari tahap yang paling sederhana lalu pada hal yang sederhana, ke yang biasa, hingga pada yang paling sukar. Tentu saja hal ini perlu melalui tahapan sesuai dengan tingkat pemikiran siswa. Oleh karena itu, di Sekolah Dasar pembelajaran menulis dibagi atas dua tahap, yaitu menulis permulaan dan menulis lanjut. Menulis permulaan ditujukan kepada siswa kelas rendah yakni kelas satu hingga kelas tiga, sedangkan kelas empat hingga kelas enam diberi pembelajaran menulis lanjutan. Untuk lebih jelasnya berikut ini diuraikan kedua kelompok tersebut secara ringkas berdasarkan beberapa referensi.

1. Menulis Permulaan

Dalam pembelajaran menulis permulaan tentu harus dimulai pada hal sangat sederhana. Menulis tentu hanya dengan bebrapa kalimat sederhana bukan suatu karangan yang utuh. Mengajarkan menulis permulaan tentu saja selalu dilakukan dengan pembelajaran terpimpin. Beberapa contoh pembelajaran menulis permulaan seperti berikut

a. Mengarang mengikuti pola dengan cara siswa hanya diminta membuat karangan seperti contoh (pola) yang diberikan yang tentunya idenya harus lebih dekat dengan siswa. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat menuangkan ide/pikiran secara runtut dan logis.

Contoh: Mangga

Mangga berbentuk bulat.

Isinya kuning.

Rasanya manis.

Mangga dijual di pasar.

Contoh di atas dapat ditiru polanya oleh anak dengan memberi topik lain misalnya, bola, kucing, rumah, dan sebagainya. Karangan di atas bisa diajarkan pada kelas satu dan dua, setelah siswa lancar dalam menulis kalimat sederhana.

b. Mengarang dengan melengkapi kalimat, yakni siswa diminta untuk melengkapi kalimat dalam karangan dengan kata yang telah tersedia. (c) Bimbingan dengan memasangkan kelompok kata, yakni siswa diminta untuk memasangkan kelompok kata dengan kalimat yang erpenggal atau kurang lengkap. Hal ini bertujuan agar siswa dapat membuat kalimat luas.

c. Bimbingan dengan mengurutkan kalimat, yaitu siswa dibimbing untuk mengurutkan kalimat sesuai dengan gambar seri.

d. Bimbingan dengan pertanyaan, hal ini diharapkan agar siswa dapat membuat karangan setelah dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan dalam pikirannya. Karena sebuah karangan jika ditarik kesimpulan sebenarnya merupakan rangkaian jawaban atas berbagai pertanyaan. Dalam hal ini guru hanya menyiapkan beberapa pertanyaan, misalnya: Kucingku; apa nama kucingmu, apa warnanya, apakah kamu menyukainya, apa makanannya, kapan memberi makan, lucukah, mengapa lucu, bagaimana suaranya, mengapa kucing dipelihara orang, dan sebagainya.

Demikian beberapa contoh mengarang atau menulis permulaan, yang pada dasarnya merupakan upaya membentuk kebiasaan siswa mengarang secara sederhana sesuai dengan tingkat perkembangan kemampuannya.

2. Menulis Lanjutan

Syarat untuk dapat menulis lanjutan adalah siswa harus terampil dan menguasai menulis permulaan. Oleh karena itu, pada prinsipnya menulis lanjutan adalah pengembangan menulis permulaan. Adapun tujuannya adalah agar siswa dapat membuat karangan secara ajek dan lengkap. Beberapa metode dalam menulis lanjutan antara lain :

a. Membuat paragraf dengan gambar, yakni siswa diminta untuk membuat paragraf berdasarkan gambar yang telah disediakan. Hal ini dapat diberi kata-kata kunci, sehingga tidak terlalu menyimpang dengan cerita.

b. Mengembangkan paragraf, yakni siswa dilatih untuk mengembangkan sebuah kalimat utama menjadi sebuah paragraf.

c. Menyusun paragraf dari kalimat yang tersedia.

d. Menghubungkan paragraf dengan paragraf lainnya.

e. Membuat karangan dengan gambar seri.

f. (Mengarang berdasarkan kerangka, dan mengarang secara bebas.

Kesemua metode di atas bukanlah harga mati melainkan sangat fleksibel. Hal ini disebabkan karena pembelajaran menulis di SD cakupannya cukup luas. Adapun ruang lingkup pembelajaran menulis/mengarang di SD antara lain adalah : mengarang prosa narasi, menulis prosa deskripsi, menulis surat izin, menulis surat undangan, mengisi formulir, menyusun paragraf, mengembangkan judul dan topik, menulis nonfiksi, menyingkat cerita, menyusun naskah pengumuman, menyusun iklan dan poster, menulis laporan kegiatan, menyusun naskah pidato, dan lain-lain

C. Pembelajaran Keterampilan Menulis di Sekolah Dasar

1. Keterampilan Menulis

Pada dasarnya keterampilan menulis dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan banyak berlatih karena keterampilan menulis mencakup penggunaan sejumlah unsur yang kompleks secara serempak. Untuk mengetahui sampai di mana hasil menulis yang dicapai, perlu dilakukan tes menulis kepada siswa.

Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain, dan merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif.

Untuk dapat menulis secara efektif, penulis perlu melakukan langkah-langkah sebagai berikut.

a. seorang penulis harus mempunyai aturan dalam menulis serta jelas objek tulisannya,

b. sebelum menulis harus terlebih dahulu menyusun kerangka karangan,

c. merumuskan tujuan penulisan,

d. tulisan selalu berfokus pada topik,

e. untuk memperjelas ide-ide yang abstrak gunakan contoh,

f. gunakan kata atau kalimat yang tepat dan jelas,

g. hindari bias gender, serta penggunaan orang pertama yang berlebihan.

Langkah penulisan di atas perlu diperhatikan oleh seorang penulis agar hasil tulisannya lebih efektif karena dalam karangan ada lima unsur yang dimiliki karangan tersebut, yaitu:

a. isi karangan : hal atau gagasan yang dikemukakan;

b. bentuk karangan: susunan atau cara menyajikan isi ke dalam pola kalimat;

c. tata bahasa: penggunaan tata bahasa dan pola kalimat yang tepat;

d. gaya: pilihan struktur dan kosakata untuk memberika nada atau warna terhadap karangan;

e. penggunaan ejaan dan tanda baca.

2. Pembelajaran Menulis di Sekolah Dasar

Pada bagian ini akan dibahas bebera hal yang perlu diperhatikan guru dalam melakukan pembelajaran menulis di Sekolah Dasar. Keterampilan menulis dapat diklasifikasikan berdasarkan dua sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang tersebut adalah kegiatan atau aktivitas dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil produk menulis itu. Klasifikasi keterampilan menulis berdasarkan sudut pandang kedua menghasilkan pembagian produk menulis atas empat kategori, yaitu: karangan narasi, eksposisi, deskripsi, dan argumentasi.

Berdasarkan dua acuan tersebut di atas dapat disusun jenis-jenis kegiatan dalam pembelajaran keterampilan menulis tersebut dengan susunan dari yang mudah menuju kepada yang sukar adalah sebagai berikut.

Ø Menyusun karangan bersama

Ø Menyusun kembali karangan yang diacak

Ø Menyelesaikan cerita tertulis

Ø Meringkas (sinopsis) bacaan

Ø Reka cerita gambar

Ø Memerikan atau mendeskripsikan sesuatu

Ø Mengembangkan judul

Ø Menulis surat

Ø Menyusun dialog

Ø Menyusun laporan

Ø Menyusun iklan, slogan, poster, dan spanduk

Ø Meresensi buku

Ø Menyusun karangan ilmiah

Uraian jenis-jenis kegiatan menulis di atas menunjukkan kepada guru bahasa Indonesia ada banyak pilihan dalam merencanakan pembelajaran keterampilan menulis, di bawah ini dijelaskan secara singkat jenis-jenis tulisan berdasarkan isi tulisan.

a. Menulis Deskripsi

Deskripsi adalah pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata atas suatu benda, tempat, suasana atau keadaan. Seorang penulis deskripsi melalui tulisannya mengharapkan pembaca dapat melihat, mendengar, mencium bau, mencicipi dan merasakan hal yang sama dengan penulis. Deskripsi pada dasarnya merupakan hasil dari pengamatan melalui panca indera yang disampaikan dengan kata-kata.

Contoh:

Pria berbaju kaus putih bergaris-garis biru, berpantolan biru tua itu menyendiri di lingkungan orang banyak. Tetapi, yang lain pun begitu semua. Masing-masing saling menyendiri. Seorang wanita berbaju lurik mengorek-orek celah meja dengan ujung pulpennya. Di sampingnya, seorang pria muda terkantuk-kantuk. Ada yang termangu-mangu, ada yang sedang menulis, ada pula yang membaca majalah.

Namun, semua membisu. Entah bagaimana mulanya saya bisa berdampingan dengan orang-orang seganjil ini, di tempat seasing ini. Rasanyanya seperti berada di dalam cerita sihir. (dikutip dari “Orang-orang Misterius” dalam Ismail Marahimin, 1994:57)

b. Menulis Narasi

Narasi pada dasarnya adalah karangan atau tulisan yang berbentuk cerita. Seperti kalau orang bercerita tentang “mengisi liburan sekolah”, “mendaftarkan diri ke sekolah”, “pengalaman berkemah di hutan”, “kecelakaan lalu lintas di jalan raya”, atau “pertandingan olahraga”. Cerita itu tentunya didasarkan pada urut-urutan suatu kejadian atau peristiwa. Di dalam peristiwa itu ada tokoh, mungkin tokoh itu adalah penulis sendiri, teman penulis, atau orang lain, dan tokoh itu mengalami masalah atau konflik. Bisa saja dalam cerita itu menghadirkan satu konflik atau serangkaian konflik yang dihadapi oleh tokoh dalam ceritamu itu. Jadi, dalam sebuah narasi terdapat tiga unsur pokok, yaitu : peristiwa, tokoh, dan konflik. Ketiga unsur itu diramu menjadi satu dalam sebuah jalinan yang disebut alur atau plot. Dengan demikian, narasi adalah cerita berdasarkan alur. Sering juga narasi diartikan sebagai cerita yang didasarkan pada kronologi waktu.

Contoh:

Pertandingan antara Angelique Widjaja melawan Tamarine Tanasugarn berlangsung sangat mendebarkan. Pada set pertama, Tamarine unggul atas Angie dengan skor 6-2. Namun, Angie membalas kekalahannya di set pertama dengan merebut set kedua. Angie memenangi set kedua itu dengan skor tipis 7-5. Memasuki set ketiga, Tamarine tampaknya mulai kehabisan tenaga. Sebaliknya Angie semakin percaya diri apalagi ia mendapat dukungan luarbiasa dari para penonton. Dengan mudah Angie memimpin perolehan angka. Ia sempat unggul dengan skor 5-0, sebelum akhirnya Angie menutup set penentuan itu dengan skor 6-2. Kemenangannya itu mengantarkan Angie ke semifinal turnamen tenis WTA Tour di Bali.

c. Menulis Eksposisi

Eksposisi/paparan merupakan tulisan hasil peninjauan terhadap suatu hal. Penyampaian gagasan dilakukan secara analitis kronologis waktu maupun ruang. Tulisan berjenis eksposisi biasanya merupakan bagian dari karangan ilmiah. Penulisan eksposisi dilakukan dengan cara menyusun kerangka karangan yang memuat kata-kata kunci yang didukung oleh penjelasan-penjelasan, contoh-contoh, ilustrasi, maupun bukti.

Contoh:

Kloning manusia menjadi isu pembicaraan semakin menarik para ulama akhir-akhir ini. Percobaan kloning pada binatang memang telah berhasil dilakukan, seperti kelahiran anak domba (Dolly) yang diujicoba dalam tahun 1996, tikus (1997), sapi (1998), babi (1999), kera (2000), kucing (2001). Awal April lalu dr. Severino Antinori, ginekolog dari Italia, mengumumkan keberhasilannya menumbuhkan janin dalam kloning manusia.

Kloning adalah upaya untuk menduplikasi genetik yang sama dari suatu organisme dengan menggantikan inti sel dari sel telur dengan inti sel organisme lain. Kloning pada manusia dilakukan dengan mempersiapkan sel telur yang sudah diambil intinya lalu disatukan dengan sel dewasa dari suatu organ tubuh. Hasilnya ditanam ke rahim seperti halnya embrio bayi tabung.

d. Menulis Argumentasi

Argumentasi dibentuk dari kata argumen yang berarti alasan. Paragraf argumentasi adalah paragraf yang bertujuan untuk menyatakan kebenaran dengan didukung argumen atau alasan yang sesuai. Termasuk dalam bentuk ini adalah tulisan yang bertujuan mengajak, membujuk, dan mempengaruhi orang lain. Argumentasi sering pula dibedakan dengan persuasi yang lebih bertujuan membujuk atau mempengaruhi orang lain, sementara argumentasi diartikan sebagai tulisan yang isinya bersifat menyakinkan suatu hal kepada orang lain terhadap suatu hal.

Paragraf argumentasi dapat disusun dengan pola sebab-akibat. Artinya, paragraf tersebut diawali dengan kalimat utama yang merupakan sebab dan diikuti oleh beberapa akibat sebagai kalimat penjelasnya. Sebaliknya, paragraf argumentasi juga dapat disusun dengan pola akibat-sebab yang berarti paragraf tersebut diawali dengan akibat yang merupakan kalimat utama dan diikuti oleh beberapa sebab sebagai kalimat penjelasnya.

Contoh:

Hakim menjatuhkan vonis hukuman kepada terdakwa itu. Dari catatan kepolisian yang ada ternyata ia telah berkali-kali melakukan kejahatan-kejahatan kecil sampai kejahatan besar hampir semua pernah ia lakukan. Ternyata, lingkungan pergaulan yang ia lalui merupakan faktor utama yang menyebabkannya harus mengalami penderitaan yang panjang.

D. Metode Pembelajaran menulis di Sekolah Dasar

Metode pembelajaran menulis hendaknya memperhatikan bahwa bahasa itu merupakan satu keutuhan sesuai dengan fungsinya. Oleh karena itu, pembelajaran menulis dapat dilakukan secara terpadu dengan kegiatan membaca, mendengarkan, dan berbicara. Misalnya, pada metode inkuiri, waktu diskusi berlangsung ada siswa yang bertugas mencatat semua keputusan diskusi. Pada diri pencatat terdapat keterpaduan antara kegiatan menyimak dan menulis.

Kegiatan itu sebenarnya tidak hanya berlaku pada pencatat, tetapi juga berlaku pada semua peserta diskusi. Hasil catatan itu dirangkum menjadi laporan diskusi. Dengan demikian kegiatan diskusi yang disertai laporan tertulis akan melatih siswa terampil mendengarkan dan menulis. Melalui kegiatab itu siswa sekaligus mengenal perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis karena dalam penyusunan laporan tertulis bahasa yang digunakan berbeda dari apa yang didengar dalam diskusi yang menggunakan ragam bahasa lisan.

Format Penilaian Menulis

No

ASPEK

SKOR

BOBOT

1

Gagasan/Ide/Tema

1-40

40%

2

Bahasa (EYD, Pilihan Kata)

1-30

30%

3

Penyajian (Kemenarikan)

1-20

20%

Jumlah Skor

100

100%

BAB III

PEMBAHASAN

A. Srategi Pembelajaran Menulis

1. Struktur Bahasa

Struktur setiap bahasa berbeda dengan struktur bahasa lainnya. Struktur suatu bahasa merupakan satu kesatuan yang tetap terbentuk. Oleh karena itu struktur bahasa merupakan organisasi yang membentuk kesatua bahasa

2. Bentuk Bahasa

Bentuk bahasa yang paling kecil dalam bahasa adalah kalimat. Dengan demikian kalimat harus menyatakan suatu makna yann lengkap dan jelas baik dari segi bentuk, fungsi maupun bagian-bagian yang mendukung kalimat itu.

Suatu kata yang berdiri sendiri yang tidak memiliki intonasi berita, tanya maupun perintah, bukanlah suatu kalimat. Begitupun suku kata dan fonem/huruf bukan pembelajaran bahasa tidak dimulai dari kata maupun suku kata, melainkan dimulai dari kalimat – kalimat.

Bertitik tolak dari struktur bahasa dan bentuk bahasa. Maka strategi pembelajaran menulis permulaan pada kelas rendah dapat dilakukan dengan salah satu cara, yaitu dengan cara :

a. Guru menyajikan beberapa gambar seri pada siswa

b. Guru menceritakan secara runtut gambar-gambar tersebut

c.

15

Guru bertanya jawab dengan siswa tentang gambar-gambar yang dibagikan

d. Guru menuliskan kalimat di bawah setiap gambar yang diceritakan sebelumnya (ini nani, ini ibu nani, dst)

e. Guru menugaskan siswa untuk menuliskan kalimat – kalimat tadi dengan menulis indah

f. Guru menguraikan kalimat – kalimat tadi menjadi kata, suku kata, dan huruf kemudian mensintensiskan kembali kalimat utuh

Contoh

adik Nani sedang bermain

adik Nani sedang bermain

adik Nani sedang bermain

adik Nani sedang bermain

adik Nani sedang bermain

Dalam menulis mempunyai Standar kompetensi yaitu Mampu menuliskan beberapa kalimat yang dibuat sendiri dengan huruf sambung, menulis kalimat yang didektekan guru, menulis melengkapi cerita, menulis rapi menggunakan huruf sambung, dan menuliskan pengalaman tentang kesukaan dan ketidaksukaan.

Ada beberapa cara yang dapat ditempuh untuk mengajar anak menulis permulaan. Namun seperti halnya membaca permulaan, dalam menulis permulaan digunakan dasar strategi pembelajaran menulis. Bahan yang diberikan mengandung makna dan titik tolak dari pengalaman siswa. Pelajaran dimulai dengan struktur bahasa yang dianalisis dan disintesiskan menjadi struktur kembali. Tidak dibenarkan mengajarkan nama seperti lazimnya digunakan dalam metode eja.

Langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut. Pada tahap persiapan siswa dilatih bagaimana memegang alat tulis. Sebaiknya pada tahap permulaan digunakan pensil dan penghapus. Begitu pula, siswa perlu dilatih bagaimana cara meletakkan buku tulis. Kemudianberulah dilatih bagaimana menggerakkan tangan ke atas, ke bawah, ke kanan dan ke kiri. Berdasarkan ini kita mencoba memahami tarikan pensil setiap siswa. Tentu ada goresan yang halus dan ada yang guru dalam mengajarkanmenulis permulaan.

Tahap berikutnya : menulis pola kalimat sederhana. Guru memperkenalkan satu kalimat sederhana, dengan kata-kata yang sudah dikenal atau baru dengan huruf balok secara rapi dan jelas. Di bawah ini huruf balok ditulis kalimat tegak bersambung. Gunakanlah buku tulis tanpa menggunakan garis penolong. Siswa dilatih menulis kalimat sederhana dengan menjiplak contoh yang diberikan.

Contoh

ini nana i = i

ini nana a = a

ini nana n = n

ini nana

walaupun pada prakteknya mendapatnya tulisan yang tidak tertentu bentuknya, namun siswa telah berlatih huruf-huruf tertentu dalam sebuah kalimat. Latihan kalimat sederhana ini berulang-ulang sehingga lama kelamaan tentu kita akan menjupai perubahan bentuk. Dan jangan lupa pada prinsipnya pada tahap ini siswa baru dilatih menjiplak. Kemudian lanjutkan dengan menulis kata ini dan nama beberapa baris :

i – ni na-na

i – ni na-na

i – ni na-na

i – ni na-na

Langkah selanjutnya

Menulis kalimat baru hasil sintesis suku kata. Mula-mula ajakan siswa menulis suku-suku kata yang mengandung huruf-huruf yang akan diajarkan. Mula-mula persambungan, kemudian dekatkan kembali ini bertujuan supaya siswa menulis secara jelas suku kata.

Contoh

Ini nana

Ini nana

Ini nana

Ini nana

Kemudian dikatakan kembali

Contoh

ini nana

ini nana

ini nana

ini nana

Jangan lupa pula kalimat di atas dilatih berulang-ulang sampai lancar.

Langkah berikutnya

Siswa dilatih menulis masing-masing huruf yang terdapat dalam kalimat sederhana di atas.

Contoh

Pamannya pedagang dan bibinya petani

Ibu memarahi anak itu

Kemudian siswa dilatih menggabungkan penulisan menjadi suku kata, kata, dan kalimat

Contoh :

Pa-man-nya pe-da-ga-ng dan bi-bi-nya pe-ta-ni

Pamannya pedagang dan bibinya petani

I-bu me-ma-ra-hi a-nak i-tu

Ibu memarahi anak itu

Jika siswa menuliskan kalimat sedarhana di atas, lanjutkan dengan pola kalimat sederhana yang lain mengandung huruf-huruf yang akan diajarkan dengan huruf tercantum dalam GBPP. Latihlah sampai tulisan siswa cukup terang dan jelas. Contoh kalimat dapat diperjelas dengan memperhatikan huruf-huruf yang sudah dikenal siswa.

Untuk memperbaiki bentuk tulisan siswa, sekali-sekali disuruh menjiplak tulisan yang sudah disediakan misalnya lima kalimat sederhana. Sesudah itu dibiarkan siswa meniru kembali apa yang sudah dijiplaknya, supaya lebih menarik. Contoh-contoh kalimat dapat diberi warna-earni

secara garis besarnya, langkah-langkah ditempuh untuk memperbaiki tulisan siswa dapat disimpulkan sebagai berikut.

1) Menjiplak tulisan tegak bersambung tanpa garis penghubung

Contoh :

Pak Ali menebang pohon

Ibu sedang memangku adik

Nenek membeli ikan

Kakak menyapu halaman

2) Menjiplak tulisan tegak bersambung dengan memperhatikan jarak huruf dan kata

Contoh :

Ibu menyuruh ani membangunkan nenek

Ibu menyuruh ani membangunkan nenek

Ibu menyuruh ani membangunkan nenek

Ibu menyuruh ani membangunkan nenek

3) Menjiplak dengan memperhatikan jarak dan tinggi huruf mempergunakan garis penolong.

Contoh.

Ini pena mama

Ini pena mama

Ini pena bapak

Ini pena bapak

Ini pipi ibu

Ini pipi ibu

Walaupun tujuan permulaan ini menitik beratkan pada kemampuan menulis dengan tulisan yang terang dan jelas, namun jangan lupa, setiap tulisan-tulisan disuruh anak membacannya kembali : ingat pelajaran membaca dengan menulis harus sejalan.

Begitu seterusnya sampai semua huruf dapat ditulis oleh siswa / anak. Tetapi ingat, semuanya disajikan dalam bentuk kalimat (metode SAS). Contoh kalimat yang ada dalam GBPP dapat saja anda ubah asal mengandung huruf yang akan diajarkan. Begitu juga dengan penulisan huruf capital. Kata yang berawalan dan berakhiran, tanda baca, bimbingan yang intensif (Supriatna, 2001 : 104)

B. Latihan Menulis

Proses pemberian latihan dilaksanakan dengan mengikuti prinsip dari yang mudah ke yang sukar. Dari latihan sederhana menuju latihan yang komplek. Ada beberapa bentuk latihan menulis permulaan yang dapat kita lakukan antara lain :

1. Latihan memegang pensil dan duduk dengan sikap dan posisi yang besar. Tangan kanan berfungsi untuk menulis, tangan kiri untuk menekan buku tulis agar tidak mudah bergeser. Pensil diletakkan diantara ibu jari dan telunjuk. Ujung ibu jari telunjuk, dan jaring tengah menekan pensil dengan luwes, tidak kaku. Posisi badan ketika duduk hendaknya tegak, dada tidak menempel pada meja, jarak mata dengan buku kira-kira 25-30 cm

2. Latihan gerak tangan, mula-mula melatih gerak tangan di udara dengan telunjuk sendiri atau dengan bantuan alat seperti pensil, kemudian dilanjutkan dengan latihan dalam buku latihan. Agar kegiatan ini menarik, sebaiknya disertai dengan kegiatan bercerita. Misalnya untuk melatih membuat garis tegak lurus, guru dapat bercerita yang ada kaitannya dengan pagar, bulatan dengan telur dan sebagainya.

3. Latihan mengeblat yaitu menirukan atau menebalkan suatu lukisan dengan menindas tulisan yang telah ada. Ada beberapa cara mengeblatkan yang bisa dilakukan anak misalnya dengan menggunakan karbon, menggunakan kertas tipis, menebalkan tulisan yang sudah ada. Sebelumnya anak melakukan kegiatan ini guru hendaknya memberi contoh cara menulis dengan benar di papan tulis, kemudian anak menirukan gerak tersebut dengan telunjuknya di udara setelah itu barulah kegiatan mengebalt dimulai pengawasan dan pembimbingan harus dilakukan secara individual sampai seluruh anak terperhatikan

4. Latihan menghubungkan tanda titik-titik yang membentuk tulisan latihan dapat dilakukan pada buku-buku yangs ecara khusus menyajikan latihan semacam itu.

5. Latihan menatap bentuk tulisan. Latihan ini dimaksudkan untuk melatih koordinasi antara mata, ingatan dan ejmari anak ketika menulis sehingga anak dapat mengingatkan bentuk kata/huruf dalam benaknya dan memindahkan ke jari jemari tangannya. Dengan demikian gambran yang hendak ditulis tergores dalam ingatan dan pikiran siswa pada saat dia menulisnya.

6. Latihan menyalin, baik dari buku pelajaran maupun dari tulisan guru pada papan tulis latihan ini hendaknya diberikan setelah dipastikan bahwa semua anak telah mengenal huruf dengan baik. Ada beberapa ragam model variasi latihan menyalin, diantaranya menyalin tulisan dengan cara yang berbeda, misalnya dari huruf cetak ke hurut tegak bersambung, atau sebaliknya dari huruf bersambung ke huruf cetak.

7. Latihan menulis halus / indah. Latihan dapat dilakukan dengan menggunakan buku bergaris untuk latihan menulis atau buku kotak.

8. Latihan dikte / imla. Latihan ini dimaksudkan untuk melatih siswa dalam mengkoordinasikan antara ucapan, ingatan dan jari-jarinya (ketika menulis), sehingga ucapan sekarang itu dapat didengar, diingat dan dipandahkan ke dalam wujud tulisan yang benar.

9. Latihan melengkapi tulisan (suku kata atau kata) yang secara sengaja dihilagkan. Perhatikan contoh berikut :

· Melengkapi suku kata

Adik bernyanyi

A

dik

ber

nya

...

A

.....

ber

....

nyi

.....

.....

ber

....

...

.....

....

....

....

...

· Melengkapi kata

Ayah membaca buku

Ayah

..............

buku

..............

membaca

buku

.............

.............

.............

BAB IV

PENUTUP

  1. Simpulan

Dengan memperhatikan penjelasan diatas penulis dapat mengambil simpulan :

1. Menulis adalah keterampilan berbahasa yang tertuang dari ide-ide yang dapat melukiskan lambing-lambang grafik yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung.

2. Di Sekolah Dasar pembelajaran menulis dibagi atas dua tahap, yaitu menulis permulaan dan menulis lanjut. Menulis permulaan ditujukan kepada siswa kelas rendah yakni kelas satu hingga kelas tiga, sedangkan kelas empat hingga kelas enam diberi pembelajaran menulis lanjutan.

3. Dalam pembelajaran menulis permulaan tentu harus dimulai pada hal sangat sederhana. Menulis tentu hanya dengan bebrapa kalimat sederhana bukan suatu karangan yang utuh. Mengajarkan menulis permulaan tentu saja selalu dilakukan dengan pembelajaran terpimpin

4. Syarat untuk dapat menulis lanjutan adalah siswa harus terampil dan menguasai menulis permulaan. Oleh karena itu, pada prinsipnya menulis lanjutan adalah pengembangan menulis permulaan. Adapun tujuannya adalah agar siswa dapat membuat karangan secara ajek dan lengkap

  1. Saran

Dari penulisan karya ilmiah ini penulis hanya bisa memberikan saran sebagai berikut :

1. Untuk mengasah keterampilan menulis dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan banyak berlatih. Agar tujuan menulis dapat tercapai dengan baik, maka diperlukan latihan yang memadai dan secara terus-menerus.

2. Untuk mengetahui sampai di mana hasil menulis yang dicapai, perlu dilakukan tes menulis kepada siswa.

3. Bimbinglah siswa untuk menulis pada menulis permulaan

4. Tunjukkan cara menulis dengan benar kepada siswa mulai dari kelas I biar siswa terbiasa menulis secara benar. sesuai dengan aturanny

DAFTAR PUSTAKA

___________________. 2009. LPMP. Semarang : LPMP Semarang

___________________. 1993. Bahasa Indonesia 2. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

___________________. 1993. Bahasa Indonesia 3. Jakarta : Departemen Pendidikan dan kebudayaan.

Arikunto, Suharsimi. 1993. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

B Johnson, Elaire. 2009. Contextual Teaching and Learning : Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna (terjemahan). Bandung : MLC.

Dimyati & Mulyono. 2003. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

Penelitian Karya Ilmiah